Pintasan.co – Fenomena “memakai pakaian tapi telanjang” atau berpakaian tetapi tetap tampak terbuka dan tidak menutupi tubuh secara pantas adalah isu yang sering menjadi perhatian dalam khazanah Islam.
Istilah ini mengacu pada bentuk pakaian yang tampak menutupi tubuh, namun pada kenyataannya tetap menampilkan lekuk tubuh atau bagian yang seharusnya menutupi. Dalam Islam, hal ini dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan dan tata cara berpakaian yang diajarkan.
Pengertian dan Dasar Hukum
Hadis Nabi Muhammad SAW menyebutkan, “Akan ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Kaum yang memiliki cemeti seperti ekor sapi, yang mereka gunakan untuk memukul manusia; dan (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berlenggak-lenggok dan menampilkan aurat, mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya surga yang bisa tercium dari jarak yang sangat jauh.” (HR.Muslim)
Hadis ini menjadi landasan penting dalam konsep “memakai pakaian tapi telanjang” dalam Islam. Frasa “berpakaian tapi telanjang” menggambarkan wanita yang mengenakan pakaian tetapi tetap mempertontonkan aurat atau keindahan tubuhnya dengan pakaian yang ketat, tipis, atau terbuka. Hal ini bisa dianggap sebagai bentuk pakaian yang tidak memenuhi tujuan dasar berpakaian menurut Islam, yaitu menutup aurat dan menjaga kesopanan.
Makna Syar’i tentang Pakaian
Islam mengajarkan umatnya untuk menutup aurat dengan berpakaian secara baik dan benar. Dalam konteks ini, pakaian bukan hanya sekedar penutup tubuh, tetapi juga mencerminkan kehormatan diri dan ketaatan kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu.Tetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik.” (QS. Al-A’raf : 26)
Ayat ini menunjukkan bahwa pakaian memiliki dua fungsi utama:
- Menutup aurat – Menutup bagian tubuh yang tidak layak dilihat oleh umum
- Perhiasan – Pakaian bisa menjadi hiasan atau penambah keindahan, namun tetap dalam batasan yang wajar.
Namun Allah juga menegaskan bahwa “pakaian takwa” adalah yang lebih baik, yang artinya kesopanan, ketaatan, dan keimanan harus tetap menjadi landasan dalam berpakaian.
Mengapa Berpakaian yang Salah Bisa Berdampak Buruk?
Dalam Islam, menjaga aurat bukan hanya untuk menghindari dosa pribadi, tetapi juga untuk melindungi masyarakat dari kerusakan moral. Berpakaian secara terbuka atau yang menarik perhatian secara berlebihan bisa mengundang pandangan yang tidak baik, memicu hawa nafsu, dan menimbulkan fitnah. Di sini, pakaian yang benar tidak hanya sekedar bentuk luar, tetapi juga bagaimana pakaian tersebut mendorong pemakainya agar lebih baik.
Panduan Berpakaian dalam Islam
Islam telah menetapkan batasan-batasan yang jelas terkait berpakaian, khususnya bagi perempuan:
- Pakaian tidak ketat – Pakaian tidak boleh menampilkan lekuk tubuh.
- Tidak transparan – Pakaian harus tebal dan tidak menerawang.
- Tidak menyerupai pakaian lawan jenis – Islam mengajarkan pria dan wanita memiliki ciri khas masing-masing dalam pakaian.
- Tidak berlebihan – Tidak mengenakan pakaian yang berlebihan atau mencolok hingga menarik perhatian secara berlebihan.
Memakai pakaian tetapi tampak telanjang adalah perilaku yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Hal ini dianggap sebagai bentuk pakaian yang tidak memenuhi fungsi utamanya dalam menutup aurat dan menjaga kehormatan diri.
Islam mendorong umatnya untuk berpakaian secara sopan dan sederhana, menjadikan pakaian sebagai cerminan dari ketakwaan dan akhlak yang baik. Berpakaian dengan sopan tidak hanya menjaga diri dari dosa, tetapi juga menjadi cara untuk menghormati diri dan lingkungan.