Pintasan.co, Kudus – Banjir masih menggenangi jalan menuju Dukuh Karangturi, Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus pada Sabtu (1/2/2025).

Meskipun banjir sudah mulai surut sejak datang pada Kamis (23/1/2025), namun ketinggian air diperkirakan masih sekitar 40-60 sentimeter.

Ratusan kepala keluarga (KK) atau sekitar seribuan jiwa di Dukuh Karangturi masih terisolasi.

Mereka terpaksa melewati banjir dengan jarak sekitar satu kilometer untuk mengakses area perkotaan, baik untuk pergi ke pasar, tempat kerja, fasilitas kesehatan, maupun sekolah.

Warga menggunakan sarana perahu

Beberapa warga memilih untuk berjalan kaki atau menuntun sepeda, namun mayoritas memilih menggunakan perahu milik warga sebagai sarana untuk melewati banjir.

Mereka beralasan cara ini lebih cepat, efisien, dan menghindari basah.

Warga Karangturi, Nana, menggunakan perahu rakitan warga sebagai sarana untuk melewati banjir.

Setiap hari, dia pergi ke pasar di pagi hari untuk berdagang, kemudian kembali lagi di siang atau sore hari.

Untuk perjalanan menggunakan perahu, dia perlu membayar biaya transportasi sebesar Rp 5.000 sekali jalan, yang berarti dia mengeluarkan Rp 10.000 per hari untuk mengganti bahan bakar minyak (BBM) dan biaya jasa pengantaran.

Nana berharap pemerintah dapat memberikan solusi nyata untuk mengatasi banjir yang sering terjadi di jalan menuju Karangturi.

Mengingat banjir ini selalu terjadi setiap tahun, diharapkan agar masalah ini tidak menjadi bencana yang berkepanjangan.

“Biasanya naik perahu, hari ini jalan karena lama nunggu perahunya karena banyak yang naik,” tuturnya.

Tiga unit armada perahu rakitan disediakan oleh warga sekitar untuk membantu mobilitas masyarakat Karangturi mengarungi banjir.

Salah satu pemilik perahu, Nur Sahid, menyampaikan bahwa keberadaan perahu sangat penting bagi masyarakat Karangturi saat banjir menggenangi jalan akses.

Dia juga mengambil inisiatif untuk merakit perahu dengan memanfaatkan drum bekas, dilengkapi dengan rangka baja ringan dan mesin pendorong.

Baca Juga :  Ritual Rokat Bhumih di kawasan Kawah Wurung, Ijen, Bondowoso

Awalnya, Nur Sahid membuat perahu sederhana tersebut untuk keperluan pribadi, guna memudahkan pengangkutan tabung gas.

Namun perahu tersebut akhirnya juga dimanfaatkan untuk membantu masyarakat di sekitarnya.

Dia tidak menetapkan tarif tertentu, karena tujuannya adalah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Perahu Nur Sahid mulai beroperasi pada pukul 03.00 WIB untuk mengantar pekerja pabrik.

Selanjutnya, perahu beroperasi lagi pada pukul 06.00-07.00 WIB untuk mengantar anak-anak sekolah, pedagang pasar, pekerja kantoran, dan masyarakat umum lainnya.

Perahu kembali beroperasi pada siang dan sore hari untuk mengantar penumpang pulang.

“Soal tarif, bisa bayar seikhlasnya. Kami berniat untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Dengan harapan ada solusi soal penanganan banjir ke depannya,” tutur dia.