Pintasan.co, Jakarta – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok semakin memanas setelah Beijing memperingatkan Washington bahwa mereka siap menghadapi “segala bentuk perang”, termasuk perang dagang, sebagai respons terhadap kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh pemerintahan Donald Trump.

Peringatan tegas ini muncul setelah AS menggandakan tarif impor produk-produk asal Tiongkok menjadi 20 persen, yang kemudian dibalas oleh Beijing dengan tarif balasan hingga 15 persen terhadap beberapa barang AS.

Selain itu, Tiongkok memperluas pembatasan ekspor terhadap selusin perusahaan AS dan mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lian Jian, menyatakan bahwa negaranya siap untuk bertahan dalam menghadapi tekanan dari Washington.

“Jika perang yang diinginkan AS, baik itu perang tarif, perang dagang, atau bentuk konflik lainnya, kami siap bertarung sampai akhir,” tegasnya dalam konferensi pers minggu ini, seperti dikutip oleh 9News, Kamis 6 Maret 2025.

Lian juga menambahkan bahwa pendekatan AS yang mengandalkan “tekanan, paksaan, dan ancaman” bukanlah cara yang tepat untuk berurusan dengan Tiongkok.

Selain itu, ia membantah tuduhan dari pemerintahan Trump yang menyebutkan Tiongkok bertanggung jawab atas meningkatnya peredaran fentanil, obat opioid yang menjadi penyebab utama kematian akibat overdosis di AS.

“AS, bukan negara lain, yang bertanggung jawab atas krisis fentanil di dalam negerinya sendiri. Dalam semangat kemanusiaan dan niat baik terhadap rakyat Amerika, kami telah mengambil langkah-langkah tegas untuk membantu AS mengatasi masalah ini,” kata Lian.

Pernyataan keras Beijing datang saat pejabat tinggi Tiongkok, termasuk Presiden Xi Jinping, berkumpul dalam pertemuan Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Beijing.

Dalam pertemuan tersebut, pemerintah Tiongkok mengumumkan bahwa anggaran pertahanan negara akan meningkat 7,2 persen pada tahun ini, sebagai bagian dari upaya memperkuat kapasitas militernya.

Baca Juga :  AS Tarik Diri dari JETP, Batalkan Dukungan Energi Bersih

Saat ini, Tiongkok memiliki anggaran pertahanan terbesar kedua di dunia setelah AS dan mengoperasikan angkatan laut terbesar di dunia.

Proses modernisasi militer Tiongkok terus berlanjut, dengan pengembangan jet tempur siluman, perluasan armada kapal induk dari tiga menjadi empat, serta peningkatan kapasitas persenjataan nuklir.

Selain ketegangan dengan AS, persaingan dengan Taiwan, Jepang, dan negara-negara di sekitar Laut Tiongkok Selatan juga berperan dalam meningkatkan belanja pertahanan Tiongkok.

Di sisi lain, Washington terus memperkuat aliansinya di kawasan Indo-Pasifik, termasuk dengan Jepang dan Korea Selatan, untuk menghadapi pengaruh militer Tiongkok.

Ketegangan perdagangan antara kedua ekonomi terbesar dunia ini semakin memperburuk situasi geopolitik global, dengan dampak luas pada sektor ekonomi, industri, dan stabilitas regional.