Pintasan.co, Sulawesi Selatan – Festival Pinisi ke-14 tahun ini tidak hanya menampilkan keelokan kapal tradisional di laut Bulukumba, tetapi juga ritual unik dari Kajang, yaitu Ritual Andingingi.
Acara tahunan ini lebih dari sekadar wisata bahari; ia menunjukkan kekayaan budaya yang belum banyak dikenal.
Ritual Andingingi, yang berarti ‘mendinginkan’, adalah tradisi suku Kajang untuk berdoa dan meminta berkah serta keselamatan dalam pengelolaan sumber daya alam.
Ritual ini dipercaya mendatangkan hujan yang penting untuk panen yang melimpah dan menciptakan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan.
Baca Juga : Polres Luwu Imbau Masyarakat Jaga Keamanan dan Ketertiban Menjelang Pilkada 2024
Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf atau Andi Utta, bersama istrinya Andi Herfida Muchtar, Kadis Kebudayaan Makassar, memimpin upacara yang dihadiri oleh pejabat penting, termasuk anggota DPRD dan Forkopimda.
“Andingingi adalah kekayaan budaya Kajang yang harus kita lestarikan,” kata Andi Utta.
“Kami berkomitmen untuk memasukkan ritual ini dalam Kalender Event Nasional sebagai bagian dari Festival Pinisi. Ini adalah kesempatan bagi dunia untuk melihat dan merasakan keunikan budaya Bulukumba,” tambahnya.
Prof. Yusran Jusuf, anggota Dewan Kebudayaan Makassar dan akademisi Unhas, juga memuji ritual ini.
“Saya sangat terkesan karena Ritual Andingingi bukan hanya doa, tetapi juga cara berkomunikasi harmonis dengan alam. Masyarakat dan pemerintah mengikuti ritual ini dengan penuh khidmat,” ujarnya. Menurut Prof. Yusran.
Andingingi tidak hanya soal pelestarian budaya tetapi juga menciptakan suasana damai.
“Pesan Ammatoa adalah pentingnya sikap sopan terhadap alam dan sesama untuk menjaga keseimbangan,” jelasnya.
Ritual Andingingi adalah jendela ke dunia spiritual dan budaya yang jarang ditemui. Bagi penggemar budaya dan pelestari tradisi, Andingingi adalah contoh kekayaan budaya yang patut dibanggakan.