Pintasan.co, Jakarta – Ekonom Senior Bank Mandiri, Reny Eka Putri, memproyeksikan volatilitas di pasar uang masih akan berlanjut akibat ketidakpastian global, khususnya terkait kepastian waktu penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).

Menurut Reny, sebelum menurunkan suku bunga, The Fed akan memantau secara ketat berbagai indikator ekonomi seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS, inflasi, ketenagakerjaan, dan belanja konsumen.

“Jika inflasi dapat turun dan sejalan dengan target The Fed sebesar 2 persen, ada peluang penurunan suku bunga dua kali lagi pada 2024,” ujar Reny

Penurunan suku bunga tersebut, lanjutnya, akan berpengaruh signifikan terhadap kondisi pasar keuangan global, termasuk rupiah.

Reny juga menambahkan bahwa Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga BI-Rate tahun ini, yang dapat didorong oleh perkembangan ekonomi global, ekspektasi inflasi, serta stabilitas nilai tukar rupiah.

BI diperkirakan akan melanjutkan intervensi melalui instrumen sekuritas untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik.

Dengan asumsi The Fed menurunkan suku bunga menjadi 4,5 persen, Reny memprediksi nilai tukar rupiah bisa berada di kisaran Rp15.400 hingga Rp15.700 per dolar AS pada akhir 2024, serta imbal hasil obligasi acuan dalam negeri di kisaran 6,4-6,6 persen.

Baca Juga :  Mendagri Tito Karnavian Tegaskan IKN Belum Resmi Jadi Ibu Kota Negara