Pintasan.co, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan tekanan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, untuk segera menyelesaikan negosiasi terkait divestasi 10% saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menguasai total 61% saham Freeport, sebuah target penting dalam memperkuat kedaulatan Indonesia di sektor sumber daya alam.
Dalam pernyataannya, Jokowi mengungkapkan urgensinya dengan menekankan bahwa proses negosiasi harus segera diselesaikan. “Saya minta memang secepatnya harus di-clear-kan, karena smelter-nya juga sudah jadi. Dan ini adalah milik Indonesia,” kata Jokowi.
Proses negosiasi divestasi ini, meskipun berjalan, menghadapi tantangan yang mirip dengan perjuangan pemerintah dalam mendapatkan 51% saham mayoritas PTFI beberapa tahun lalu. Jokowi mengingatkan bahwa pengambilan saham mayoritas tersebut bukanlah hal yang mudah. “Dulu saat kita mengambil 51%, negosiasinya juga tidak sebulan, dua bulan, atau tiga bulan, tetapi tahunan dan alot. Bukan hal yang gampang,” ungkapnya. Meskipun banyak yang pesimis, Jokowi tetap optimis saat itu dan berharap untuk meraih kesepakatan.
Divestasi 10% saham PTFI menjadi salah satu syarat penting dalam perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) untuk Freeport. Pada bulan Agustus 2024, Bahlil menyampaikan bahwa negosiasi untuk mengakuisisi 61% saham sudah hampir rampung, hanya tinggal menunggu beberapa persyaratan dari pihak Freeport.
Dalam pidatonya di peresmian smelter Freeport di Gresik, Jokowi juga menekankan kontribusi besar dari proyek ini terhadap perekonomian Indonesia. Investasi pembangunan smelter tersebut diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan negara hingga Rp80 triliun. “Hitung-hitungan saya, penerimaan negara masuk kira-kira Rp80 triliun dari PT Freeport Indonesia,” jelasnya. Pendapatan ini akan berasal dari berbagai sumber, termasuk dividen, royalti, pajak daerah, dan pajak ekspor.
Jokowi menggarisbawahi bahwa proyek ini merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan mendorong transformasi Indonesia menjadi negara industri yang lebih maju. Dengan investasi sebesar Rp56 triliun, smelter ini mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga dari Papua dan menghasilkan 900 ribu ton katoda tembaga, 50 ton emas, serta 210 ton perak. “Jumlah yang tidak kecil,” tambahnya.
Presiden juga menyatakan harapannya agar keberadaan smelter ini dapat melahirkan industri turunan, seperti produksi copper foil dan kabel, serta potensi pengembangan semikonduktor melalui produksi selenium. “Kita harapkan ini juga segera melahirkan perusahaan-perusahaan turunan, industri-industri turunan dari tembaga yang ada di sekitar PT Freeport Indonesia ini,” ungkapnya.
Dengan terus mendorong divestasi saham Freeport, Jokowi menunjukkan komitmennya untuk memperkuat kedaulatan Indonesia di sektor sumber daya alam dan memaksimalkan nilai tambah dari mineral yang diolah di dalam negeri. Keberhasilan proyek smelter dan proses divestasi diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional dan mempercepat langkah Indonesia menuju negara industri yang maju.