Pintasan.co Transformasi besar di BUMN dimulai pada akhir 2019, seiring dengan awal periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi.

Transformasi ini dipicu oleh pengungkapan kasus penyelundupan komponen Harley Davidson dan sepeda Brompton oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Penyelundupan ini diperkirakan bisa menyebabkan kerugian negara hingga Rp1,5 miliar, dan setelah penyelidikan, ditemukan bahwa kasus ini melibatkan figur penting dari PT Garuda Indonesia.

Tidak main-main, Direktur Utama Garuda Indonesia saat itu, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, atau Ari Askhara, disebut sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab atas penyelundupan tersebut.

Tanpa ragu, Menteri BUMN Erick Thohir, yang baru saja bekerja kurang dari 20 hari, segera memecat Ari Askhara.

Ia juga memecat empat direktur Garuda lainnya yang terlibat dalam kasus itu. Langkah Erick ini dianggap sangat berani.

Sebelumnya, jajaran direksi Garuda Indonesia yang terbukti memanipulasi laporan keuangan dari rugi menjadi untung pada 2019 hanya diberi sanksi administratif berupa denda dan revisi laporan keuangan.

Setelah peristiwa ini, Erick melanjutkan pembersihan di tubuh Garuda. Langkah pertama yang diambil adalah menunjuk direksi dan komisaris baru.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia pada Januari 2020, Erick mengangkat Irfan Setiaputra sebagai Direktur Utama Garuda yang bertugas mengembalikan perusahaan ke jalur yang benar. Ia juga menunjuk Yenny Wahid sebagai Komisaris Garuda.

“Kami di Kementerian BUMN berusaha mencari figur terbaik untuk memimpin Garuda Indonesia,” ujarnya dalam pernyataan resmi awal Januari 2020.

Erick berharap agar di bawah kepemimpinan Irfan, Garuda bisa dikelola dengan baik sesuai prinsip tata kelola yang baik (GCG) dan terus maju.

Pembersihan di BUMN terus berlanjut. Erick mengungkap berbagai masalah, salah satunya adalah biaya sewa pesawat Garuda yang sangat tinggi.

Kementerian BUMN kemudian mengevaluasi sistem leasing pesawat untuk mengurangi biaya sewa dari pihak penyewa.

Biaya sewa pesawat Garuda saat itu tercatat sangat besar, mencapai 27 persen dari total biaya operasional, yang dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan maskapai lain.

Baca Juga :  Erick Thohir: Peringkat FIFA Indonesia Terus Meningkat, Kini di Posisi 125

Pada Januari 2022, Erick melaporkan dugaan korupsi di tubuh Garuda ke Kejaksaan Agung.

Kasus ini berkaitan dengan sewa pesawat CRJ-1000 dan ATR 72-600, yang terkait dengan Direktur Utama Garuda ke-14, Emirsyah Satar.

Emirsyah Satar sendiri sudah menjadi terdakwa kasus korupsi. Ia didakwa menerima suap dari mantan Direktur Utama PT Mugi Rekso Abadi, Soetikno Soedarjo, senilai Rp5,859 miliar dan sejumlah uang dalam dolar serta euro.

Suap tersebut diduga untuk memuluskan pengadaan mesin Rolls Royce. Pada Juni 2024, Emirsyah dituntut delapan tahun penjara dan denda Rp1 miliar.

“Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Emirsyah Satar dengan pidana penjara selama delapan tahun,” ujar jaksa dalam pembacaan tuntutan di Pengadilan Tipikor pada PN Jakarta Pusat, 27 Juni 2024.

Selain hukuman penjara dan denda, Emirsyah juga diminta membayar uang pengganti sebesar US$86.367.019.

Dampak dari bersih-bersih ini membawa Garuda ke arah perbaikan.

Pada 2022, Garuda mencatat laba bersih tertinggi dalam sejarah, yakni US$3,81 miliar, meski sempat terdampak pandemi.

“Laba bersih US$3,83 miliar ini yang tertinggi sepanjang sejarah,” ungkap Irfan pada Mei 2023.

Ia menyebutkan bahwa Garuda berhasil menurunkan biaya tetap menjadi 73,79 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2023, laba bersih Garuda turun menjadi US$251,99 juta, namun perusahaan berhasil menyelesaikan pembayaran utang kepada kreditur sesuai dengan putusan homologasi, serta melanjutkan upaya perbaikan ekuitas dan pembentukan sinking fund.

Di kuartal I 2024, pendapatan Garuda Indonesia meningkat 18,07 persen menjadi US$711,98 juta.

Erick menyatakan bahwa meski pembersihan ini sukses, perjalanan tidak mudah dan penuh tantangan.

Ia mengaku sering mendapat ancaman atau teror, khususnya melalui pesan WhatsApp yang bernada intimidatif.

Namun, Erick tetap teguh dan berpendapat bahwa ancaman tersebut harus dihadapi untuk membersihkan BUMN dari berbagai masalah.

Senada dengan Erick, Irfan menegaskan bahwa Garuda akan terus memperbaiki operasional, kepatuhan bisnis, dan SDM.

“Garuda kini bergerak adaptif dengan fokus utama optimalisasi perbaikan fundamental, operasional, bisnis, compliance, dan SDM,” ujarnya pada CNN Indonesia, Kamis (26/9).