Pintasan.co, Jakarta Presiden Prabowo Subianto merasa heran dengan adanya negara yang tidak memiliki tambang emas, namun justru memiliki bank emas.

Hal ini ia bandingkan dengan Indonesia yang baru saja memiliki bank emas atau bullion bank tahun ini, meskipun Indonesia menduduki posisi keenam dengan cadangan emas terbesar di dunia.

“Ada negara lain yang tidak memiliki tambang emas, tapi memiliki bank emas, itu sangat aneh,” ujar Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (21/3/2025).

Prabowo menjelaskan bahwa peluncuran bank emas di Indonesia bertujuan untuk memanfaatkan potensi besar sumber daya emas Indonesia.

Dengan adanya bank emas ini, masyarakat Indonesia kini dapat menyimpan emas mereka di dalam negeri, tanpa perlu mengirimnya ke luar negeri.

“Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi hingga kita memiliki bullion bank, sehingga masyarakat bisa menyimpan emasnya di Indonesia,” tambah Prabowo.

Sebelumnya, pada 27 Februari 2025, Presiden Prabowo meresmikan bank emas di Indonesia, hanya dua hari setelah meresmikan badan pengelola investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Prabowo menyatakan bahwa keberadaan bank emas ini dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp 245 triliun dan menciptakan sekitar 1,8 juta lapangan pekerjaan baru.

Selain itu, bank emas ini juga akan meningkatkan devisa negara, menghemat devisa yang sebelumnya digunakan untuk menyimpan emas di luar negeri, serta meningkatkan stabilitas moneter melalui likuidasi emas di dalam negeri.

Meskipun Indonesia memiliki cadangan emas yang melimpah, sekitar 2.600 ton, cadangan emas batangan Indonesia masih jauh di bawah Singapura, yang hanya memiliki 201 ton.

Produksi emas Indonesia sendiri telah meningkat dari 100 ton per tahun menjadi 160 ton per tahun.

“Kami berharap hal ini bisa meningkatkan PDB kita dan membuka lapangan pekerjaan baru,” kata Prabowo saat peresmian bank emas pada 26 Februari 2025.

Menurut perhitungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendirian bullion bank dapat memberikan nilai tambah hingga Rp 50 triliun di industri emas.

Baca Juga :  Prabowo: Ciri Negara Gagal Bisa Dilihat Dari Tentara Dan Polisi

Selain itu, OJK juga mengungkapkan bahwa bisnis bank emas memiliki prospek yang sangat baik, dapat memaksimalkan nilai tambah dari sumber daya emas yang dimiliki Indonesia, baik dari tambang maupun stok emas milik masyarakat.

“Usaha bullion bank ini dapat meningkatkan konsumsi emas ritel dan mendorong perkembangan industri emas, dengan tambahan nilai tambah hingga Rp 30-50 triliun,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.